"SELAMAT DATANG DI 96.5 RAMALOKA FM SERANG "Sobat Anda Disegala Suasana"

April 2010 - Ramaloka FM Serang
Artikel Terbaru :
/>

"Winner" Mainkan rock bercengkok melayu


Tren musik di Indonesia memang tidak bisa lepas dari dasar musik melayu. Mungkin karena kita memang benar-benar Melayu, suka mendayu-dayu yang sendu-sendu. Namun musik melayu modern tak hanya sebatas itu. Genre ini dapat bertrasformasi ke dalam berbagai warna. Mulai dari pop bahkan rock. Hasilnya pun diluar dugaan.

Seperti yang ditawarkan Winner lewat album debut Telanjangi Dunia yang dirilis Warner Music Indonesia. Winner adalah grup yang terdiri dari Maolyza Oktavianus alias Oly (sebagai vokalis), Benny Mihin alias Beben (gitar), Rio Ricardo (kibord, synthesizer programmer), Dodi Hardianto alias Dodi “Kangen” (gitar) dan Haposan Haryanto Tobing alias Posan "Kotak" (dram). Grup yang resmi mengibarkan bendera pada 14 Februari 2009 ini hadir dengan warna musik rock melayu.

Sedikit flashback, di era 1980an warna rock melayu sempat popular lewat grup seperti Iklim, atau Search dengan lagu-lagu balada. Namun rock melayu ala Winner ini memiliki karakter berbeda. Nuansa dark, lewat distorsi gitar berpadu dengan gebukan dram dan programmer synthesizer yang disajikan Winner mengacu pada band nu metal atau modern rock.

Dengarkan single pertama mereka Pusing. Energi rock memancar dengan deras namun dalam koridor yang nyaman dinikmati. “Kami memang mengusung musik rock dengan aroma melayu. Jadi seperti yin dan yang, ada perpaduan keras dan lembut,” papar Dodi dan Posan yang juga bertindak sebagai produser album ini.

Sedang warna melayu hanyalah bumbu yang dikenali lewat rasa vocal Oly yang rock tapi bercengkok melayu. “Saya memang suka musik rock, sedangkan cengkok melayu ini adalah karakter saya,” ucap pengagum Nicky Astria, Anggun, Armand Maulana dan Andi /rif ini.

“Racun” rock-melayu ini tersebar pada track lain seperti Maafkan Aku, Masih Mencintamu, Katakan Saja,Telanjangi Dunia, Kesaktianmu, Maafkan Sayang, Bekas Kekasih,Dengarlah Sayang, dan Sumpah Mati . Dan tema cinta mendominasi seluruh lirik, namun dengan kisah yang bervariasi. Dari jatuh cinta, janji cinta, hingga penghianatan cinta. Hanya satu lagu yang bertema universal yaitu Telanjangi Dunia.

Perpaduan rock-melayu ini tidak lepas dari pengaruh keduanya. Pembentukan Winner memang diprakarsai oleh Dodi dan Posan yang kerap bertemu di Aksen Recording Studio. Menurut mereka ini adalah side-project dari idealisme bermusik mereka. Bahkan keduanya menegaskan bahwa mereka sudah mendapat restu dari grup masing-masing untuk Winner.

“Secara pribadi kami tidak punya masalah dengan grup sebelumnya. Ini hanyalah tuangan ide dan penyaluran dari karya bermusik kami yang belum kesampaian saat di sana,” jelas Posan. Dia juga tidak mau Winner dibanding-bandingkan dengan grup band lain termasuk Kotak atau Kangen Band. “Yang pasti musik kami ini berbeda. Jangan diperbandingkan. Masyarakatlah yang akan menilai, dan semoga kami pantas diterima,” ujar Posan lagi.

Artist : WINNER
Album : Telanjangi Dunia
Prod. : Warner Music Indonesia
Track List
  1. Telanjangi Dunia
  2. Kesaktianmu
  3. Masih Mencintaimu
  4. Pusing
  5. Maafkan Sayang
  6. Bekas Kekasih
  7. Katakan Saja
  8. Dengarlah Sayang
  9. Sumpah Mati
  10. Maafkan Aku

Sumber : Warner Music Indonesia

Mengganti Nama Serta Menggaet Vocalist Baru, Antik Ingin Kembali Memutar Waktunya

Teka-teki vakum hampir dua tahun tak merilis album terjawab sudah. Ternyata AntiQue memang sedang gamang, dan di sinilah kegigihan serta dedikasi mereka diuji, mereka harus bisa survive, di tengah carut marut persoalan internal, yang akhirnya membuat mereka memutuskan untuk mengganti vokalis demi tetap bisa berkarya. “Show must go on, kita gak bisa tinggal diam,” kata Wien. “Tapi kita juga tidak ingin album kedua kita hadir dengan biasa saja, makanya kita rela menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal,” tambah Wien.

Bangkit dari kondisi vakum, seperti sebuah kelahiran kembali. Namapun berganti dari AntiQue menjadi Antik saja. “Biar lebih gampang diingat,” bilang Rico. “Banyak pertimbangan dengan mengganti nama. Kita butuh banyak diskusi untuk hal ini karena buat kita pergantian nama adalah untuk mencapai sesuatu yang positif,” tambah Rico.

Dengan formasi baru, Andee (vocal), Rico (gitar), Wien (bass), Agyl (drum), Antik hadir kembali untuk memutar waktunya, memulai semuanya dari awal dengan modal pengalaman yang sudah didapat sebelumnya. “Salah satu faktor kenapa kita vakum adalah kita butuh waktu untuk penyesuaian dengan personil baru. Apalagi pergantian vokalis adalah sesuatu yang vital buat sebuah band,” jelas Wien.


Untungnya sang personil baru, Andee cukup cepat menyesuaikan diri. Andee yang pernah menjadi finalis sebuah ajang pencari idola salah satu TV nasional, menjadi modal untuk cepat beradaptasi. Wajah baru Antik yang lebih fresh, tak hanya tercermin dari penampilan fisik, namun juga bertransformasi bersama musik mereka yang tak lagi terbatas dengan konsep musik yang ’antik’ secara harfiah. “Kami tak lagi berkutat dengan musik-musik dulu seperti di album perdana. Sekarang kita lebih terbuka, berusaha mengawinkan musik modern dengan ciri khas kita yang sudah ada,” jelas Agyl.


Sophomore album yang baru saja dirilis bertajuk “Memutar Waktu” jadi bukti kelahiran kembali Antik. Perpaduan pop alternative gaya mereka dulu dengan musik modern melahirkan lagu-lagu yang sangat variatif. Karakter vokal Andee yang sangat jauh berbeda dengan vokalis sebelumnya juga turut menentukan karakter Antik sekarang. Lagu “Dia Atau Dia” jadi sajian pertama sebagai debut single, dengan tema sehari-hari yang simple tentang conflict of interest, di mana seseorang terpikat oleh 2 orang, dan kesulitan ketika dihadapkan pada keadaan 'harus memilih salah satu'. Tanpa berlarut-larut dalam kebingungan, dan lebih menikmati situasi ini sebagai warna warni kehidupan, membuat lagu yang disampaikan dengan lyric yang lugas ini sangat fresh didukung beat yang riang dan dinamis, akan mewakili adrenalin orang yang sedang mengalami kisah ini.


Untuk sekadar memutar waktu, band ini awalnya bernama ANT. Mereka sempat menjuarai beberapa ajang festival band di Bandung. Setelah hijrah ke Jakarta, mereka kemudian mengeluarkan debut album dengan nama band AntiQue. Album bertajuk “Satu Bintang” yang dirilis Februari 2007 mendapat respon bagus dari pencinta music tanah air. Progresif kord yang ditawarkan di lagu-lagu mereka tampil beda dengan band-band yang sudah ada. Debut album ini melahirkan beberapa hits diantaranya Satu Bintang, Bisikkanlah, Surga Cinta, Selamat Tinggal, dll. []

Sherina "Pergilah Kau"

Single ketiga milik Sherina Munaf, diambil dari album keduanya Gemini, berjudul ‘Pergilah Kau’ adalah salah satu lagu yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya.

Berbeda dengan lagu ‘Cinta Pertama Dan Terakhir’ yang merupakan hasil imajinasi namun mampu mencuri perhatian atau ‘Geregetan’ yang mengaransemen ulang lagu sang ayah Triawan Munaf di tahun 1980 untuk bandnya Gaint Step. Lagu ‘Pergilah Kau’ sebetulnya menceritakan rasa kecewa Sherina yang mendalam kepada seseorang.

Sesuai dengan lirik lagunya yang sangat lugas dan to the point, Sherina ingin mengatakan selamat tinggal pada rasa kecewanya tersebut dan melanjutkan perjalanan hidupnya. Meski begitu, single ini mengajaK pendengarnya untuk berani membuat keputusan membuang pergi hal-hal yang merugikan dirinya.

Meski terdengar cengeng namun sebetulnya lagu ini memiliki karakter kuat. Simak lagu, lirik dan musiknya. Sherina juga memberi sentuhan rock di suaranya. Meski kecewa namun ia tetap tegar. Begitulah cara Sherina menghadapi pengalaman pribadinya.




TRINITY OPTIMA PRODUCTION : JL.HAYAM WURUK NO.58 JAKARTA 11160
Telp : 021-601 2700 Fax : 021-601 4644

Ketan Bintul Makanan Khas Serang

Di Banten ada tradisi yang sudah berlangsung sejak 15 Abad yang lalu, suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk dilupakan, karena kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka dibulan Ramadhan saja, tetapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan.

Namun Ketan Bintul akan lebih mudah kita jumpai pada saat bulan Ramadhan disepanjang daerah pinggiran pasar lama Serang, dijual dengan harga murah dengan uang Rp500,00,- kita sudah memperoleh 3 potong. 

Karena bagi masyarakat Banten sendiri keberadaan Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan."Tanpa Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini, terasa tidak puasa", begitulah adagium yang sudah mengakar di Banten.
 
Konon menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu, ketan bintul merupakan makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin, seorang pangeran yang menjadi panutan masyarakat kerajaan Banten pada waktu itu.
Padahal makanan ini diketahui adalah makanan khas rakyat biasa. 

Karena seorang Sultan memiliki budi pekerti yang tinggi dan selalu menjadi contoh ahlak dan prilakunya dimata rakyatnya, maka sejak rakyat mengetahui seorang Sultan juga menyukai ketan bintul, 



maka sejak itulah mulai menjadi budaya, bila seseorang berbuka puasa dengan ketan bintul maka seakan-akan menghargai dan menghormati Sultan. Dan ada kebanggaan tersendiri saat menikmatinya.

Padahal kita tahu kental bintul dilihat dari model, rupa dan bahan yang sama dengan uli atau gemblong makanan khas lain yang ada di Banten juga. Bahkan bahan dan cara pembuatannya tidak jauh berbeda yakni dari beras ketan. Namun masyarakat Banten adalah masyarakat yang selalu menghargai peninggalan nenek moyangnya, adalah hal yang wajar bila masih terobsesi pada hikayat lama, disamping itu ketan bintul mempunyai keunikan yang membedakan dari makanan yang sejenisnya. 

Biasanya masyarakat Banten khususnya Serang yang mempunyai keluarga dan kerabat yang banyak terbiasa membuat sendiri panganan tersebut, mungkin memanfaatkan beras ketan dari hasil panennya, tapi yang pasti untuk memberikan suguhan yang khas bagi para tamu dan keluarga pada saat berbuka puasa.

Ketan bintul terbuat dari beras ketan yang dikukus, setelah nampak matang, lalu di letakan pada sebuah wadah yang sudah disiapkan, dahulu wadah tersebut dari bekas karung beras yang terbuat dari plastik yang tidak ada gambarnya atau merknya karena akan mengotori ketan yang akan ditumbuk ketika gambar itu luntur, diletakan dibawah pada lantai atau semen yang rata sebagai tilam. Ketan yang sudah dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah luntur. 

Menumbuknyapun harus dengan tenaga yang besar, disini perlu diperhatikan beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk. Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk.
Sambil membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada bagian sedikitpun yang tidak tertumbuk.

Memang melakukannya tidak boleh ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap dan lekas menjadi dingin, bila ini yang terjadi ketan akan sangat keras ditumbuknya maka akan sulit mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna, kemungkinan juga hasilnya akan gagal. 

Untuk itu pekerjaan semacam ini harus dilakukan minimal dua orang, dengan membagi tugas saling bergantian, satu menumbuk dengan alat penumbuk berupa alu kayu yang ada bebannya, satu lagi membolak-balikan agar merata halusnya. Pekerjaan yang dilakukan dua orang biasanya akan maksimal. 

Bila ingin menghasilkan yang lebih bagus, gurih dan ada rasanya, pada saat pengukusan beras ketan dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Selain itu pada saat penumbukan harus mengerahkan tenaga yang besar. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan ukuran 5 kg beras ketan memakan waktu tidak kurang dari 1jam.

Apabila sudah terlihat rata halusnya yang ditandai lengketnya uli (ketan yang sudah ditumbuk halus), segera beberkan atau dibentuk sesuai keinginan tebal dan ukurannya, yang umum dijajakan pedagang biasanya berbentuk wajik yang dibungkus dengan daun pisang, agar awet dan tetap nampak kelihatan putih. 

Setelah itu siapkan parutan kelapa sesuai kebutuhan, lalu disangrai (digoreng tanpa minyak goreng), sampai terus diaduk-aduk agar merata matangnya. Kalau sudah nampak kecoklat-coklatan ditiriskan beberapa menit, kemudian digerus dengan menggunakan alat penggerus dari batu kali yang umum dipakai oleh ibu-ibu rumah tangga, sampai halus benar.

Bila sudah halus tambahkan gula pasir dan garam halus, satukan biar merata benar manis dan asinnya. Untuk menggugah selera ambil cabai merah secukupnya, iris kecil-kecil memanjang. Kemudian buatlah goreng bawang merah agar harum dan beraroma, Pisahkan dengan bubuk sangrai kelapa tadi (bintul) jangan dicampur. 

Menjelang berbuka puasa tiba sajikan uli yang sudah dipotong-potong tadi lalu taburkan diatasnya bintul, irisan cabai merah dan goreng bawang merah, ditemani segelas kopi atau teh manis, kelezatan dan kenikmatannya tak terbayangkan, apalagi diluar hujan turun rintik-rintik, dengan angin yang semilir membuat lupa diri ingin tambah dan tambah lagi,tanpa disadari waktu sholat mahgrib hampir habis. ***

Sumber dari Pelita

Sate Bandeng


Sate Bandeng yang amat popular itu dibuat di rumah-rumah pengrajin di kota Serang. Sate Bandeng memiliki kelebihan di banding sajian ikan yang lainnya, yang akan mengundang pembeli untuk selalu mendapatkannya jika sedang berkunjung ke serang. 

Sate bandeng merupakan makanan khas Banten. Berbeda dengan ikan bandeng biasa, daging sate bandeng empuk dan tidak bertulang. Karena kekhasannya, sate bandeng menjadi oleh-oleh dari Banten.   

Banten adalah propinsi yang paling muda di Pulau Jawa. Sebelumnya, Banten merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat. 


Serang, ibu kota Banten, yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Jakarta, terdapat deretan kios-kios yang menjajakan sate bandeng. 

Meskipun disebut sate, namun sate bandeng berbeda dengan sate biasa.   
Disebut sate karena ikan bandeng yang telah diolah dijepit dengan bambu, dan dibakar sehingga mirip sate.Anda akan merasa memiliki jika mengetahui lingkungan sekitar anda.  Ikan bandeng memang mudah ditemui di Serang, Banten. Seperti di Pasar Rau Serang ini. 

Ikan bandeng segar berukuran besar yang menjadi bahan pembuatan sate bandeng didatangkan dari Desa Kemayungan dan Sawah Luhur, Kecamatan Pontang, Serang. Ikan bandeng yang diolah menjadi sate, biasanya memiliki ukuran tiga ekor per kilogram.  Pembuatan sate bandeng menghabiskan waktu hampir setengah hari. 

Daging bandeng yang telah diolah, kemudian dimasukkan kedalam kulit ikan bandeng, lalu dijepit dengan bambu. Kemudian dibungkus dengan daun pisang. 



Ikan bandeng yang telah berbentuk sate lalu dibakar. Aromanya menyerupai otak-otak. Setiap hari Ibu Aliyah menghasilkan sekitar 300 tusuk sate bandeng yang dipasarkan ke berbagai tempat, tidak saja di Kota Serang tetapi juga ke Jakarta. Para pembeli sate bandeng kebanyakan berasal dari luar kota Selain dimakan ditempat, sata bandeng juga bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh khas Banten.

Sate bandeng dapat bertahan selama tiga hari, namun jika disimpan di dalam lemari es, bisa bertahan hingga seminggu.


Sumber dari www.satebandeng.com

Free Band Kunjungi Ramaloka

Ramaloka - Satu lagi,grup band yang bakal meramaikan blantika musik di tanah air,band yang menamakan dirinya "Free" dengan lagu jagoanya "Perempuan" yang beberapa waktu lalu sempat singgah untuk interview di Ramaloka FM.
 
Semburan rasa berkesenian anak muda terutama dalam bidang seni music di tanah air memang terus memancar.


Tak henti hentinya pendatang baru terus memasuki blantika musikIndonesia dengan mengusung berbagai jenis genre musikdan berharap dapat menjadi bagian dari mereka-mereka yang mampu mengibarkan karya – karyanya .

Namun,tidaklah mudah untuk bisa meraih posisi istimewa yang menjadi impian para insane musisi tersebut. Hanya bagi mereka – mereka yang mau berusaha keras dan bisa menghadirkan karya terbaik dan di minati masyarakatlah ,kesempatan itu masih terbuka lebar.

Semangat akan hal tersebut sekelompok anak muda yang menganggap music adalah bagian dari hidupnya ,yaitu Fadly (vok,gitar), Fadlan (vocal), Rian (kibor) dan sikembar Ray (gita)serta Roy (bass),bergabung untuk dapat memberikan yang terbaik dan menyumbangkan sesuatu pada perkembangan musik. 

Terbentuknya Band ini pada awal 2009 di Surabaya,berawal dari ketidak sengajaan saat Fadly dalam sebuah event dan berkenalan dengan para personil lainnya.Dan saat itu terbentuklah Band.Kemudian sebagai nama Band mereka sepakat menggunakan FREE Band,selain karena di dengar catchy dan mudah melekat di kuping,FREE disini mengartikan sebuah pembebasan bermusik untuk dapat menghasilkan karya yang nikmat dan bisa di cintai oleh masyarakat.

Kendati sebelumnya masing-masing dari mereka sudah mempunyai jam terbang yang lumayan cukup, didalam mengolah materi albumpun mereka tetap menjunjung berbagai penilaian dan disepakati semua personil. Setelah melalui proses mixing dan mastering dengan waktu yang tidak begitu lama, akhirnya album baru Free Band telah rampung. Bersama dukungan Harpa Records dan Waybe Music Indonesia kini album perdana Free Band tertajuk TBC (tobe confirm)Telah siap diperdengarkan khalayak luar.

Masih berpijak pada Genre Pop Alternative dan bertemakan cinta anak muda, Free Band mencoba memberikan sajian yang patut untuk disimak dan akan menjadi tembang pengiring aktivitas insan muda. Simak saja sentuhan single pertama berjudul “Perempuan” yang bertempo medium ini. 

Penikmat musik akan segera dimanjakan dengan olahan lirik apik dan aransemen music yang menambah kekuatan lagu ini. Nomor mellow “Hantui Aku” yang terinspirasi dari kisah nyata, juga sangat mewakili bagi pribadi-pribadi yang pernah terluka karena cinta dan sangat saying bila melewatkan begitu saja. Sedangkan dengan tembang “Penyesalan”, walaupun mengisahkan seputar permasalahan yang klasik, namun Free Band bisa mengadirkan dalam suasana yang berbeda.

Free band memang hadir bersama puluhan bahkan ratusan pendatang baru yang akan bergulat di blantika music Indonesia. Tapi dengan perbedaan yang dihadirkan, Free Band tetap menjadi yang terdepan.

Uni Yuli

As an announcer and marketing in Ramaloka FM
Untuk mengenal lebih dekat dengan Uni Yuli silahkan Klik : Yullia Novita

Layoeng

As an announcer and marketing in Ramaloka FM ,, Untuk Mengenal lebih dekat dengan Layoeng silahkan Klik : Layung Nu Tarapundung

Veronica

As an announcer in Ramaloka FM
Untuk mengenal lebih dekat dengan Veronica silahkan Klik :  
Rere Veronicha Rere

Asri Aulya

As an announcer and news director at Ramaloka FM
Untuk mengenal lebih dekat dengan Asri Aulya silahkan Klik :
Laella Aulia

Murifat

As finance at Ramaloka FM,,,Untuk mengenal lebih dekat dengan Murifat silahkan Klik :Murifat Rahadian



Sejarah Tarling

Ramaloka - Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara (pantura), terutama Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, kesenian tarling telah begitu akrab. Alunan bunyi yang dihasilkan dari alat musik gitar dan suling, seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. 

Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur.

Meski telah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat, tak banyak yang mengetahui bagaimana asal-usul terciptanya tarling. Selain itu, tak juga diketahui dari mana sebenarnya kesenian tarling itu terlahir.

Namun yang pasti, tarling merupakan kesenian yang lahir di tengah rakyat pantura, dan bukan kesenian yang 'istana sentris'. Karenanya, tarling terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan tidak terikat ritme serta tatanan tertentu sebagaimana seni yang lahir di tengah 'istana'. 


Sebelum 'resmi' bernama tarling, kesenian ini dikenal dengan sebutan 'melodi kota ayu' di Kabupaten Indramayu, dan 'melodi kota udang' di Cirebon. Pada 17 Agustus 1962, ketua Badan Pemerintah Harian (BPH, sekarang DPRD) Kabupaten Cirebon, menyebut kesenian itu dengan sebutan tarling.

Nama tarling itu diidentikkan dengan asal kata 'itar' (gitar dalam bahasa Indonesia) dan suling (seruling). Versi lain pun mengatakan bahwa tarling mengandung filosofi 'yen wis mlatar kudu eling'' (jika sudah berbuat negatif, maka harus bertaubat).

Salah seorang tokoh seni asal Kabupaten Indramayu, Supali Kasim, membuat catatan tersendiri soal tarling dalam bukunya yang berjudul Tarling, Migrasi Bunyi dari Gamelan ke Gitar-Suling. Dalam buku itu dia menuturkan, asal tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di Desa Kepandean, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. Saat itu, ada seorang komisaris Belanda yang meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan.

Usai diperbaiki, sang komisaris Belanda itu ternyata tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.

Hal itupun dilakukan oleh anak Mang Sakim yang bernama Sugra. Bahkan, Sugra kemudian membuat eksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis.

Karenanya, tembang-tembang (kiser) Dermayonan dan Cerbonan yang biasanya diiringi gamelan, bisa menjadi indah dengan iringan petikan gitar. ''Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan dawai gitar diiringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu,'' ujar Supali.

Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan kiser Dermayonan dan Cerbonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an. Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup.

Bahkan pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi.

Sugra dan teman-temannya pun sering diundang untuk manggung di pesta-pesta hajatan, meski tanpa honor. Biasanya, panggung itu pun hanya berupa tikar yang diterangi lampu patromak (saat malam hari).

Tak berhenti sampai di situ, Sugra pun melengkapi pertunjukkan tarlingnya dengan pergelaran drama. Adapun drama yang disampaikannya itu berkisah tentang kehidupan sehari-hari yang terjadi di tengah masyarakat. Akhirnya, lahirlah lakon-lakon seperti Saida-Saeni, Pegat Balen, maupun Lair Batin yang begitu melegenda hingga kini. Bahkan, lakon Saida-Saeni yang berakhir tragis, selalu menguras air mata para penontonnya.

Tak hanya Sugra, di Kabupaten Indramayu pun muncul sederet nama yang melambungkan tarling hingga ke berbagai pelosok daerah. Di antara nama itu adalah Jayana, Raden Sulam, Carinih, Yayah Kamsiyah, Hj Dariah, dan Dadang Darniyah. Pada dekade 1950-an, di Kabupaten Cirebon muncul tokoh tarlig bernama Uci Sanusi.

Kemudian pada dekade 1960-an, muncul tokoh lain dalam blantika kesenian tarling, yakni Abdul Ajib yang berasal dari Desa Buyut, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, dan Sunarto Marta Atmaja, asal Desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon.

Seni tarling saat ini memang telah hampir punah. ''Namun, tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir pantura Dermayon dan Cirebon,'' tandas Supali.


 
RAMALOKA FM : Jl. Mayor Syafe'i No. 66B, Serang Banten Tel: +62 254 203936
Copyright © 2011. Ramaloka FM Serang - All Rights Reserved